Contoh Pidato Hari Raya Kurban (Idul Adha)

Kumpulan Contoh Pidato - Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato merupakan salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia.
Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai.
 

Fungsi pidato

  • Mempermudah komunikasi antar atasan dan bawahan.
  • Mempermudah komunikasi antar sesama anggota organisasi.
  • Menciptakan suatu keadaan yang kondusif di mana hanya perlu 1 orang saja yang melakukan orasi/pidato tersebut.
  • mempermudah komunikasi.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karier yang baik. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya. Dalam berpidato, penampilan, gaya bahasa, dan ekspresi kita hendaknya diperhatikan serta kita harus percaya diri menyampaikan isi dari pidato kita, agar orang yang melihat pidato kita pun tertarik dan terpengaruh oleh pidato yang kita sampaikan.


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, wash shalatu was salamu 'alaa asyrafil anbiyai wal mursalin, wa 'ala aalihi wa ash-habihi ajma'in, amma ba'du:

Saudara, hadirin dan hadirat yang saya muliakan. 
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah terlebih dahulu kita panjatkan puji syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah swt. yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga pada saat ini kita dapat berkumpul bersama-sama dalam suasana hari raya kurban. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa ibadah haji dan kurban adalah berakar dari sejarah Nabi Ibrahim beserta istrinya, Siti Hajar dan putranya Ismail a.s. Betapa besar ketakwaan dan ketaatan beliau dalam memenuhi perintahAllah swt. maka dengan rela anak, istri beliau tinggalkan di lembah yang tandus, begitupula Siti Hajar rela ditinggalkan suaininya tanpá bekal dan kawan karena taat kepada suami dan taat kepada Allah swt.

Sungguh besar kekuasaan Allah yang mempunyai sifat rahman dan rahim, di tengah-tengah ketandusan padang pasir tersebut,Siti Hajar tak tahu bagaimana harus mendapatkan sumber air untuk membasuhi kerongkongan dirinya dan juga putranya dari kehausan yang hebat. Kecuali nikmat Allah swt. sehingga kaki Ismail yang meronta-ronta menjejak di tanah padang pasir yang kering kerontang itu menimbulkan sumber air penuh keajaiban, yang kemudian kita kenal sebagai sumber air zam-zam, sampai sekarang ini tiada kering sepanjang masa atas kehendak Allah Yang Maha Kuasa.

Saudara, hadirin dan hadist yang saya muliakan. 
Kepatuhan dan pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. beserta keluarganya yang begitu besar itu dapat kita simak pula pada waktu beliau mendapat perintah untuk menyembelih putra tercinta satu-satunya Ismail a.s. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Asshafat ayat 100-108 
yang artinya:  
"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia khabar genthira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak iu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu. Ia menjawab: Hal bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya) (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telahmembenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami membeni balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian." (QS. Ash-Shaffat: 100-108).
Ketaatan, kepasrahan dan keikhlasan Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan putranya Ismail a.s.untuk berkorban dan berbakti kepada Allah swt. sungguh merupakan perpaduan yang indah dan patut diteladani bagi umat manusia sepanjang zaman, dulu, sekarang dan masa yang akan datang, baik dalam fungsi kita sebagai ayah, ibu, maupun anak. sehingga dari pribadi masing-masing selalu memancarkan cahaya kebenaran untuk melakukan perbuatan-perbuatan terpuji baik bagi diri dan keluarganya maupun bagi masyarakat.

Saudara, hadirin dan hadirat yang saya hormati. 
Ibadah Kurban bukanlah sekedar penyembelihan hewan kurban tanpa nilai rohani, Al-Qur'an mengaitkankurban dengan penyebutan Asma Allah Yang Maha Kuasa dan dengan kemantapan iman serta penuh kepasrahan dan ketabahan dalam menghadapi musibah.

Allah swt. berfirman: 

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirirkikan Allah kepada kepada mereka, maka Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (QS. Al-Hajj: 34).
Dan dengan jelas pula Allah berfirman bahwa bukanlah daging atau darah kurban itu yang sampai kepada Allah, melainkan ketakwaan yaitu kesediaan, ketaatan dan kesetiaan serta keikhlasan memenuhi perintah Allah itulah yang akan sampai kehadirat-Nya. Allah swt. berfirman: 

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
"Daging-daging unta dan darahnya itu, sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan daripada kamulah yang dapat mencapainya." (QS. A1-Hajj: 37).


Saudara, hadirin dan hadirat yang saya hormati. 
Dari ayat-ayat tersebut kiranya dapatlah kita paham bahwa ibadah kurban itu merupakan wasilah, cara atau jalan untuk mencapai ketakwaan kepada Allah swt. Sedangkan penyembelihan kurban itu, seolah-olah merupakan tindakan simbolis, bagaimana kita harus menundukkan dan menguasai serta mengendalikan kecenderungan-kecenderungan hewani yang bersemayam di dalam diri setiap manusia, yang dikenal dengan nafsu bahimiyah, nafsu sabu'iyah, nafsu lawwamah dan lain-lain. Nafsu-nafsu tersebut selalu menggejala dalam bentuk keinginan-keinginan yang rendah, yang selalu mendorong dan menarik manusia untuk melakukan kerusakan, kejahatan, kekejihan.

Nafsu bahimiyah, mencerminkan watak-watak binatang ternak, yang selalu ingin hidup enak sendiri, hidupnya hanya untuk memenuhi kebutuhan lahiriyah saja tanpa memikirkan dan mau melakukan berjuang di jalan Allah dan tidak pula bagaimana supaya masyarakat menjadi baik. Sementara nafsu sabu'iyah, mencerminkan watak binatang buas, mencerminkan keinginan untuk hidup berkuasa sendiri, menang sendiri dan lain sebagainya. Usaha untukmenguasai dan mengendalikan nafsu-nafsu tersebut merupakan suatu hal yang sangat asasi dalam rangka membangun kehidupan yang manusiawi danjustru karena itulah usaha tersebut merupakan jihad akbar.

Ketidak mampuan manusia menundukkan, menguasai dan mengendalikan kecenderungan-kecenderungan hewani atau nafsu bahimiyah, sabu'iyah dan lawwamah tersebut sangat membahayakan dirinya sendiri dan juga bagi kehidupan masyarakat. Dalam realita, kehidupan sering kita saksikan, bahwa kekacauan dan kerancauan, penyimpangan dan Penyelewengan, kekejian dan kejahatan, korupsi dan manipulasi yang terjadi dan bermunculan dalam kehidupan manusia adalah bersumber dan ketjdak mampuan manusia untuk menundukkan, menguasai dan mengendalikan nafsu bahimiya,nafsu subui'yah dan nafsu lawwamah yang ada di dalam dirinya:

Saudara, hadirin dan hadirat sekalian yang berbàhagia. 
Sesungguhnya keselamatan manusia baik sebagi individu maupun warga masyarakat sungguh sangat bergantung pada mampu tidaknya manusia menguasai dan mengendali nafsu-nafsu tersebut. Keberanian mengorbankan kepentingan individu atau pribadi dengan kepentingan kesejahteraan dan kemaslahaan bersama hendaklah dapat kita petik sebagai hikmah dalam hari Raya Kurban ini.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan yang berbahagia ini, terima kasih atas segala perhatiannya mohon maaf atas kesalahan dan kekhilafannya, akhirnya, 
Hadanallahu waiyyakum ajma’in wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Mungkin Yang Kamu Cari:

     

Post a Comment for "Contoh Pidato Hari Raya Kurban (Idul Adha)"